Ketika berbicara soal game fighting, nama-nama besar seperti Tekken, Street Fighter, atau Mortal Kombat pasti langsung muncul di kepala. Tapi di antara barisan legenda itu, ada satu seri yang selalu dikenal karena gaya bertarung cepat, animasi indah, serta — tak bisa dipungkiri — kontroversi soal desain karakter: Dead or Alive. Dan ketika Dead or Alive 6 dirilis, ekspektasinya jelas tinggi. Bukan hanya dari fans lama, tapi juga dari gamer baru yang penasaran apakah seri ini bisa bersaing di era game kompetitif modern.
Sebagai editor, menilai Dead or Alive 6 sebagai perpaduan antara upaya modernisasi, komitmen terhadap estetika khas, serta pertaruhan berani untuk menjaga relevansi. Namun, apakah semua itu cukup untuk membuatnya tetap menonjol di antara para raksasa?
Mari kita ulas tuntas semua aspek penting dari Dead or Alive 6 — dari sistem pertarungan, karakter, visual, hingga kontroversi dan penerimaannya oleh komunitas.
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya Mengenai Wisata Sulteng
Sekilas Tentang Dead or Alive
Dead or Alive (DoA) adalah seri game fighting 3D yang pertama kali diluncurkan oleh Team Ninja dan Koei Tecmo pada 1996. Ciri khas utama seri ini meliputi:
- Gameplay cepat dan responsif
- Sistem counter dan juggle yang dinamis
- Lingkungan interaktif dan destructible
- Karakter dengan desain menggoda dan animasi realistis
Seri ini memiliki basis fans yang cukup kuat, terutama karena kontrolnya yang ramah pemula tapi tetap dalam untuk kompetitif. Namun, sejak lama DoA juga dikenal dengan citra “fanservice”-nya — karakter perempuan yang sangat “eye-catching” dan mode kostum yang menggoda.
Dead or Alive 6 berusaha mengubah persepsi tersebut sambil tetap menjaga esensi DoA. Rilis pada Maret 2019, game ini mencoba menyeimbangkan antara daya tarik visual, kompetitif, dan modernisasi.
Grafik dan Presentasi: Lebih Realistis, Lebih Sopan?
Salah satu perubahan paling mencolok di DoA 6 adalah arah visual yang sedikit lebih realistis. Engine baru menghadirkan:
- Efek pertarungan yang lebih hidup, seperti darah, debu, dan keringat
- Detail wajah dan ekspresi karakter yang lebih natural
- Pakaian yang sobek saat bertarung (tapi bukan sekadar untuk “tampilan”)
- Animasi yang halus dan efek pencahayaan lebih dramatis
Team Ninja menyebut ini sebagai bagian dari upaya “Sensuality + Intensity”, yaitu tetap menghadirkan karakter yang menarik, tapi dengan gaya yang lebih manusiawi dan tidak sepenuhnya eksploitasi.
Namun, meski lebih realistis, karakter wanita seperti Kasumi, Helena, atau Honoka tetap tampil dengan gaya yang sensual. Hanya saja, pendekatannya terasa lebih dewasa dan tidak terlalu berlebihan seperti DoA 5.
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya Mengenai Wisata Maluku
Gameplay: Aksesibel tapi Dalam, Cepat tapi Taktis
DoA 6 mempertahankan sistem inti yang membuat seri ini populer, yaitu “Triangle System”:
- Strike mengalahkan Throw
- Throw mengalahkan Hold (counter)
- Hold mengalahkan Strike
Sistem ini membuat semua pergerakan saling terhubung, dan mendorong pemain untuk menebak serta membaca lawan secara konstan. Ini bukan soal spam combo, tapi soal prediksi dan reaksi.
Fitur baru di DoA 6 juga meliputi:
1. Break Gauge System
Untuk pertama kalinya dalam sejarah DoA, ada meteran super (gauge) yang memungkinkan:
- Break Blow: Serangan spesial sinematik
- Break Hold: Defensive counter all-purpose
- Fatal Rush: Combo mudah untuk pemula (dengan satu tombol)
Sistem ini membuat game lebih ramah bagi pendatang baru, karena mereka bisa melakukan combo dasar tanpa latihan kompleks. Tapi juga memberikan opsi strategis untuk pemain veteran dalam memilih kapan mengeluarkan Break Blow demi hasil maksimal.
2. Stage Interaktif Lebih Gila
DoA 6 kembali menghadirkan arena dengan bahaya lingkungan, seperti:
- Lantai pecah yang menjatuhkan ke level bawah
- Dinding yang bisa ditembakkan
- Jurassic Park-style: dinosaurus yang ikut “menyerang” jika kamu jatuh di zona tertentu!
Fitur ini membuat pertarungan jadi lebih sinematik dan tidak monoton, karena positioning di arena bisa menentukan siapa yang akan menang.
Karakter: Ikonik dan Pendatang Baru
Total ada 31 karakter yang bisa dimainkan (termasuk DLC), terdiri dari:
- Karakter ikonik seperti Kasumi, Ryu Hayabusa, Ayane, Hitomi, Helena, Zack
- Pendatang baru seperti:
- Diego: Petarung jalanan dari New York, penuh pukulan keras
- NiCO: Ilmuwan muda dengan kemampuan listrik dan teknik bertarung futuristik
- Karakter tamu seperti Mai Shiranui dari The King of Fighters
Setiap karakter punya gaya bertarung unik yang terinspirasi dari seni bela diri nyata — Karate, Judo, Ninjutsu, Taekwondo, dll. Namun tentu saja diberi “bumbu” anime-style agar lebih dramatis.
Yang menarik, meski desainnya kadang fanservice-heavy, sebagian besar karakter memiliki kepribadian dan latar belakang yang cukup dalam, terutama kalau kamu mengikuti cerita DoA dari seri pertama.
Mode dan Fitur
DoA 6 hadir dengan sejumlah mode standar game fighting:
- Story Mode: Campuran antara cutscene dan pertempuran pendek yang menjelaskan konflik antar karakter. Ceritanya agak kacau, tapi menarik untuk fans lama.
- Arcade / Time Attack / Survival
- Training Mode super lengkap — mulai dari combo, advanced tech, frame data, dan AI lawan yang bisa dikustomisasi
- Online Mode: Ranked match dan casual match, meski matchmaking masih kurang stabil saat awal rilis
- Customization: Kamu bisa mengubah kostum, warna rambut, hingga aksesoris karakter
Namun, banyak fitur kosmetik dikunci di balik sistem poin grinding, dan sebagian besar kostum keren dijual sebagai DLC berbayar, yang jadi salah satu kritik utama.
Monetisasi dan Kontroversi DLC
Salah satu aspek paling kontroversial dari DoA 6 adalah jumlah DLC yang sangat banyak dan mahal. Beberapa kritik datang karena:
- Harga season pass bisa lebih mahal dari game utamanya
- Banyak kostum ikonik lama dikunci di balik paywall
- Tidak semua konten kosmetik bisa didapat lewat gameplay
Bahkan, ada lelucon di komunitas bahwa “DoA 6 bukan fighting game, tapi simulator beli baju.”
Meski begitu, konten DLC tetap berkualitas dari sisi desain dan animasi—terutama jika kamu fans berat seri ini.
Komunitas Kompetitif dan Turnamen
Meskipun tidak sepopuler Tekken atau Street Fighter di skena esports, DoA tetap punya basis kompetitif:
- Ada turnamen resmi seperti Dead or Alive World Championship
- Komunitas aktif di Discord dan Reddit
- Event komunitas dan online matchmaking yang tetap berjalan
Gameplay cepat dan sistem counter yang tajam menjadikan DoA seru ditonton dan memberi ruang besar untuk outplay.
Kelebihan dan Kekurangan
✅ Kelebihan:
- Visual cantik, animasi halus
- Gameplay cepat, responsif, dan seimbang
- Sistem counter yang bikin pertarungan tak tertebak
- Fitur aksesibel bagi pemula, tetap dalam untuk pro
- Variasi karakter dan gaya bertarung luas
❌ Kekurangan:
- Monetisasi dan DLC terlalu agresif
- Story mode kurang rapi dan membingungkan
- Online matchmaking butuh perbaikan
- Fanservice masih menjadi sorotan negatif bagi sebagian gamer
Apakah Dead or Alive 6 Masih Layak Dimainkan di 2025?
Jawabannya: Ya, jika kamu mencari game fighting cepat, stylish, dan tak terlalu teknikal.
Dengan harga dasar yang kini jauh lebih terjangkau (dan sering diskon), kamu bisa menikmati konten inti tanpa harus beli semua DLC.
Game ini tetap menyenangkan, penuh aksi, dan cocok buat sesi fighting santai bareng teman atau untuk serius naik ranking.
Kesimpulan: Bertarunglah dengan Gaya, Atau Jangan Sekalian
Dead or Alive 6 adalah bukti bahwa fighting game bisa jadi cepat, indah, dan penuh aksi sinematik tanpa mengorbankan kedalaman mekanik. Meski tak sempurna dan masih membawa beban kontroversi monetisasi, ia tetap mampu memberikan pengalaman bertarung yang memuaskan.
Kalau kamu mencari game fighting yang ringan tapi tetap kompleks, dengan karakter stylish, animasi keren, dan aksi penuh gaya — DoA 6 bisa jadi panggung pertarunganmu yang baru.
Dan ingat, di dunia DoA, bertarung bukan cuma soal menang…
Tapi soal gimana caramu bikin pertarungan itu jadi tontonan yang elegan.